MOKU HANGA
"Rizki Asli Madura", moku hanga, variable dimension, 2012.
BUKAN SYIAH BUKAN SUNNI. Rizki memang asi Madura. mungkin sekitar 25-27 tahun usianya. Ia sudah 7 (tujuh) tahun menjalani profesi sebagai pemotong rambut di Yogyakarta. Saat ini ia berbagi ruangan kerja dengan seorang temannya yang juga asli Madura. Mereka menyewa sebuah bedeng kecil di pinggir jalan S.Parman. Cukup lumayan pelanggannya, bukan hanya terbatas komunitas Madura saja, tapi melampaui sekat-sekat kesukuan dan mungkin agama. Rizki sendiri lulusan sebuah pondok pesantren di desanya, Bangkalan, Madura. Alkisah, berkenaan dengan kemahirannya memotong rambut: di pesantren tersebut rupanya Rizki tergolong siswa yang kerap mendapat hukuman dipotong rambutnya oleh kyai-kyai pesantren mungin karena 'kenakalan'nya. Lama-lama ia mulai memperhatikan bagaimana kyai-kyai memotong rambut siswa dan ia mempraktekkannya kepada teman-temannya. Mungkin jalan hidup Rizki, paling tidak untuk saat ini cukup menikmati sebagai pemotong rambut profesional.
BUKAN SYIAH BUKAN SUNNI. Rizki memang asi Madura. mungkin sekitar 25-27 tahun usianya. Ia sudah 7 (tujuh) tahun menjalani profesi sebagai pemotong rambut di Yogyakarta. Saat ini ia berbagi ruangan kerja dengan seorang temannya yang juga asli Madura. Mereka menyewa sebuah bedeng kecil di pinggir jalan S.Parman. Cukup lumayan pelanggannya, bukan hanya terbatas komunitas Madura saja, tapi melampaui sekat-sekat kesukuan dan mungkin agama. Rizki sendiri lulusan sebuah pondok pesantren di desanya, Bangkalan, Madura. Alkisah, berkenaan dengan kemahirannya memotong rambut: di pesantren tersebut rupanya Rizki tergolong siswa yang kerap mendapat hukuman dipotong rambutnya oleh kyai-kyai pesantren mungin karena 'kenakalan'nya. Lama-lama ia mulai memperhatikan bagaimana kyai-kyai memotong rambut siswa dan ia mempraktekkannya kepada teman-temannya. Mungkin jalan hidup Rizki, paling tidak untuk saat ini cukup menikmati sebagai pemotong rambut profesional.